Pembuatan Kompos dengan Bantuan Cacing (Vermikompos)

Kurang lengkap dan seru rasanya jika hanya liputannya saja yang diinformasikan. Untuk itu, saya rasa perlu juga menginformasikan penjelasan mengenai apa sebenarnya vermikompos, beserta cara pemanfaatan/pembuatan vermikompos dari awal.

Here it is.

Enjoy the show.

(Sebelumnya, Anda dapat memperoleh file pdf tentang cara pembuatan vermikompos ini disini. Di dalam file tersebut, dijelaskan teknik pembuatannya, dilengkapi dengan bagan dan gambar.)

Selengkapnya »

28 March 2010 at 00:19 12 comments

Brosur Vermikompos Bioter

Sudah diupload. Buat yang membutuhkan, silakan download.

Isinya kurang lebih tentang proyek vermikompos Bioter.

Terima kasih.

24 April 2009 at 17:53 2 comments

Vermikompos: Saatnya Menanam Cacing!!!

Ahad, 5 April 2009.

Saat itu hari tidak terlalu cerah (dan berakhir dengan hujan). Kami bertujuh (Isti, Ulan, Fau2, Shinta, Hegar, Rian, dan the newcomer [yg baru kali ini dateng maksudnya..] Nadia) kembali ke Panyandaan untuk berjumpa kembali dengan para penggemar kami yang setia kompos yang telah kita buat beberapa waktu silam.

Ketika kami melihat lokasinya, kami dibuat cukup terkejut dan terharu karena ternyata Pak Ikim telah membuat semacam tenda (mirip2 greenhouse gitu lah) agar pembuatan kompos menjadi lebih kondusif! Dan ternyata, beliau membuatnya seorang diri selama 2 hari! Hiks.. Rupanya kita tidak berjuang seorang diri kawan2.. T_T Terima kasih Pak Ikim.. (nada Afgan).

Lanjut.

Pada hari ini, kompos kita telah saatnya untuk ditanami cacing. Beberapa hari sebelumnya, kita pesen cacing ke Pak Bambang. Cacing yang kami beli ada 3 jenis (dicampur): Eisenia foetida (tiger worm), Lumbricus rubellus, dan Pheretima asiatica. Yang cukup merepotkan adalah saat cacing-cacing tersebut harus dibawa dari rumah Pak Bambang ke Panyandaan. Beurat beuh.. Sebenernya kalo cuma cacingnya aja mah ga bakal terlalu berat. Tapi kan bawanya sekalian dengan media cacingnya. Udah gitu, 2 kresekeun deuih. Beuki we.. Dan karena cacing2 tersebut sangat sensitif, perjalanan dengan motor melalui rute ke Panyandaan yang jalannya tidak terlalu baik (rusak lah) membuat cacing2 tersebut stres.. Faktor guncangan menjadi penyebab utama stresnya cacing2 tersebut. Sebenarnya, kita sendiri tidak tau apakah cacing2 tersebut stres atau tidak. Namun, Pak Zamzam yang sudah lama malang melintang di dunia percacingan bilang bahwa cacing stres baunya beda. Katanya, karena mengeluarkan zat tertentu. Enzim atau apa gitu ya? Mohon maap penulis rada lupa.

Edited: rupanya, setelah diingatkan oleh Pow2, beginilah penjelasannya: cacing (yang mengandung protein tinggi itu) ketika mati dia akan menghasilkan nitrit yang berbahaya bukan hanya bagi cacing lain tapi juga bahaya bagi tanaman. Makanya cacing yang stress dan mau mati itu harus dipisahin dari yang lain.

cacing-ready

Cacing yang telah siap ditanam di dalam kompos ini akan dimasukkan ke dalam jolang/ember bersama-sama dengan kompos. Namun, rupanya kompos yang kita buat di waktu sebelumnya itu terlalu basah (kemungkinan karena terlalu lembab, kan hujan terus, atau karena ee sapi yang terlalu banyak airnya pada saat pencairan). Sehingga, untuk itu diperlukan penyerap air dari kompos itu. Atas instruksi Pak Zamzam, kita gunakan sisa2 ranting (atau apa ya namanya?) waluh yang telah kering. Supaya lebih efektif, perlu dicacah2 dulu.

cacah-kering

Setelah itu, hasil cacahan dimasukkan ke dalam jolang. Diletakkan di dasar dan diratakan. Nantinya di atas ini akan diletakkan cacing2 dan kompos.

sebar-cacahan

Sebenarnya, kalo komposnya cukup kering (tidak terlalu basah), kita tidak perlu menambahkan ranting2 kering itu. Tapi karena basah ya udah deh kita pasang.

Lanjut.

Cacing dan kompos lalu dimasukkan ke dalam jolang (di atas ranting2 kering). Posisi peletakkan cacing dan kompos dibuat bersebelahan. Pertama, kita posisikan dulu cacing2nya (including the media).

tanam-cacing

Kemudian kita beri kompos di sebelahnya hingga jolang penuh terisi. Komposnya kita letakkan bersebelahan dengan cacing2 dengan tujuan agar ketika nutrisi pada media cacing telah habis, cacing berpindah ke sebelah (ke kompos) untuk mencari makanan baru. Sampai warnanya menjadi kehitaman, tidak berbau, dan berbentuk butiran halus, maka artinya vermikompos telah jadi dan siap digunakan.

kasih-kompos

Akhirnya jolang2 yang sudah terisi kita letakkan lagi di atas dipan bambu di dalam tenda yang telah dibuat Pak Ikim. Selesay dweh..

pak-ikim-dan-vermikompos

Walaupun proyek ini belum selesai, sekali lagi terima kasih sebanyak-banyaknya kami ucapkan kepada Pak Ikim yang telah dengan susah payahnya membantu kami.. Makasih ya Pak..

Tamat.

5 April 2009 at 23:09 25 comments

Pemanfaatan Vermikompos di Panyandaan

Alhamdulillah..

Pada 14-15 Maret 2009, Bioter telah mulai melaksanakan kembali amanahnya sebagai organisasi yang bergerak di bidang kebiologiterapanan (heu euh da ngaranna ge Bioter!! :p).

Jadi.. Pada hari itu kuturut ayah ke kota, eh, kita para Bioter melakukan pelatihan penerapan vermikompos di desa binaan kita yaitu Desa Panyandaan.
Rencananya kegiatan ini akan dilaksanakan sampai bulan Juni 2009.
Yang 2 hari kemaren tuh baru langkah awal aja.
Tim kita (beberapa tidak masuk di foto karena ada yang udah pulang dan ada 1 orang yang motonya jadi dia ga ikut kefoto) ditambah Aki dan 1 anak (lupa namanya.. he2..):

Pada hari pertama kita mengadakan sharing apa sebenarnya vermikompos itu, dan bagaimana cara membuatnya.
Pembicaranya adalah Pak Zamzam:

Sementara pada hari ke-2, kita dan beberapa warga langsung praktek di lapangan!
Untuk membuat kompos dengan bantuan cacing ini, kita memakai bahan-bahan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar desa.
Tanpa modal uang lah.. (paling kita beliin plastik trash bag untuk penutup, dan kalo ga ada pun, bisa pake daun pisang).
Sumber C nya kita pakai daun-daun dan batang-batangan dan sumber N nya kita pakai kotoran sapi yang diencerkan (hmm,, terlihat seperti jus alpukat lho.. yummy.. [hoek!!]).
Btw saya kecipratan dikit loh.
Inilah dia jus alpuket kita yang kalo dijual di gelap nyawang kayanya bakal ga laku:

Kemudian ditumpuk-tumpuklah itu semua bahan-bahan secara berselang-seling.
Daun-daun, ee sapi liquid, daun-daun, ee sapi liquid, dst sampai akhirnya pada tumpukan teratas ditutup oleh daun-daun kembali. (kebayang lah ya kalo tumpukan teratas adalah kotoran sapi..).

Upacara tabur daun:

Perayaan tuang ee:

Tumpuk-tumpuk kita berakhir sampai ketinggiannya kira-kira 1 meter.
Trus kita coveri dengan plastik trash bag biar terhindar dari serangan air hujan:

Selesai deh pelatihan kita untuk 2 hari itu.
Rencananya kita akan melakukan pengontrolan setiap minggu untuk mengetahui perkembangan kompos itu.
Jika sesuai dengan rencana, pada 2 minggu kemudian seharusnya cacing-cacing yang lucu itu sudah bisa untuk dimasukkan ke dalam kompos supaya komposnya makin sip tentunya.

Sekian dulu aja laporannya, kalo ada apa-apa ntar saya kabari lagi.
Yah, mudah-mudahan kompos ini bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang biasa digunakan oleh para petani disana.
Selain itu tentu saja kita harapkan hasil pertanian mereka akan meningkat secara kualitas maupun kuantitasnya.
Lebih-lebih lagi, pembuatan kompos ini mudah-mudahan dapat digunakan sebagai alternatif pengolahan sampah organik, karena dari informasi yang diberikan Pak Zamzam, hasil kompos hanya sekitar 10-40% dari keadaan semulanya (misalnya kita kan kemaren numpuk 1 meter, nah paling yg jadi kompos mah 25 cm lah).
See? Pastinya bisa kan ngurangin jumlah sampah, dan malah bisa dipake buat pupuk!

Semoga langkah kecil kita bisa bernilai untuk kemajuan masyarakat dan semoga menjadi amal ibadah kita semua! Amin!

(Untuk Anda yang membutuhkan informasi tentang cara pembuatan vermikompos secara sederhana, bagan dan gambarnya bisa diperoleh disini: Brosur Vermikompos.)

19 March 2009 at 21:06 7 comments


Kalender Bioter

April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Bioter’s History

Kunjungan ke Blog Bioter

  • 45,223 kali

RSS ANTARA: Warta Bumi

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

RSS National Geographic: News

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.